Kapan Islam masuk ke Tanah Karo ?
Sebuah pertanyaan yang sulit
dijawab dengan tepat. Pemerhati sejarah Islam di Tanah Karo berbeda
pendapat tentang sejak kapan masuknya agama Islam di Tanah Karo. Ada
yang berpendapat. Islam sudah ada di Tanah Karo sejak tahun + 456 H (
1062 M ) pada abad kesebelas ( Pardosi,Baharuddin: 2007:2 ). Pendapat
lain mengatakan Islam telah masuk ke Tanah Karo sejak abad XV dan ada
yang menyebutkan baru pada abad XIX. ( Tarigan,Azhari Akmal :2007:21).
Dari
ketiga pendapat di atas tentang masuknya Islam di Tanah Karo, maka
berdasarkan imformasi data yang akurat, Azhari Akmal Tarigan dalam
bukunya Tuan Guru H.Sulaiman Tarigan lebih cendrung untuk setuju bahwa
Islam masuk ke Tanah Karo pada abad XIX.
Menurut Azhari Akmal Tarigan ada 3 (tiga) teori tentang cara masuknya agama Islam ke Tanah Karo,yaitu :
Pertama
, Teori Barus. Menurut catatan sejarah bahwa agama Islam sudah ada di
Barus sejak abad abad XV malah ada yang mengatakan sudah ada sejak abad
IX. Menurut teori ini, masuknya agama Islam dibawa oleh
pedagang-pedagang dari Barus yang telah beragama Islam.
Kedua,
Teori Aceh.. Teori ini menyebutkan bahwa masuknya agama Islam ke Tanah
Karo dibawa oleh ulama/mubaligh dari Aceh. Adapun nama-nama
ulama/mubaligh yang tercatat yang menyiarkan agama Islam,antara lain :
1. Tengku Muda yang mengembangkan Islam kepada beberapa keluarga di Tiga Beringin.
2.
Tengku Lau Bahun yang mengembangkan Islam di sekitar daerah desa
Lingga. Tengku Lau Bahun wafat karena dibunuh dan kuburannya terletak di
desa Lingga.
3. Tengku Tambak Malem mengembangkan Islam disekitar desa Meriah.
4. Putra Adi Genali dan Tengku Datuk dll
Ketiga
, Teori Perbatasan.. Teori ini menjelaskan pengaruh kerajaan-kerajaan
yang berada di sekitar perbatasan Karo yaitu, kerajaan Haru Deli Tua (
Deli ), Kerajaan haru Langkat, dan kerajaan Haru Pane. Kerajaan Haru
dan segenap rakyat sudah memeluk Islam sejak abad XV secara geneologi
masih memiliki hubungan dengan suku Karo yang bermukim di dataran
tinggi Karo. Kemumgkinan jalan keluarga inilah, agama Islam masuk ke
Tanah Karo. Di samping itu pedagang-pedagang garam ( di samping itu
mereka juga berjualan ikan, perhiasan dll ) dari Sumatera Timur
diperkirakan punya peran dalam memperkenalkan agama Islam di tanah Karo
Dari
ketiga teori di atas, yang lebih mendekati kebenaran sesuai dengan
data yang ada tentang masuknya Islam ke Tanah Karo adalah teori Aceh.
B. Perkembangan Islam di Tanah Karo
Para
ulama /mubaligh yang berasal dari Aceh telah memperkenalkan Islam di
Tanah Karo diperkirakan pada tahun 1888 ( abad XIX ). Namun usaha
mereka belumlah memperoleh hasil yang baik untuk memberikan pemahaman
keislaman bagi masyarakat Karo pada saat itu. Sebaliknya usaha ini
mendapat tantangan dan penolakan sebagaian besar masyarakat Karo dan
berakhir dengan usaha pembunuhan. Hal inilah yang dialami oleh Tengku
Lau Bahun yang mati syahid.
Usaha pengembangan Islam pada tahap
awal ini, para ulama Aceh mempergunakan cara-cara pengobatan dan
ilmu-ilmu kebatinan. Pendekatan ini dilakukan oleh ulama/mubaligh Aceh
tidak terlepas dari pengaruh kepercayaan masyarakat Karo pada saat itu
masih menganut kepercayaan animisme yang cendrung mengarah kepada
mistik. Namun usaha dan pendekatan ini terasa kurang berhasil untuk
memberikan pemahaman tentang Islam sebenarnya kepada masyarakat
Karo.Namun dalam dunia pengobatan tradisional ( tabib/dukun ) masih
kita jumpai mereka mengucapkan Bismillahirrahmanirrohim dan diakhiri
dengan ucapan qabol berkat la ilaha illa Allah walaupun tabib tersebut
bukanlah beragama Islam.
Geliat dakwah dakwah Islam di
tengah-tengah masyarakat Karo mulai terasa pada awal abad XX. Hal ini
dimulai dengan masuk Islamnya salah seorang tokoh masyarakat Karo yaitu
Juan Tarigan. Ini terjadi diperkirakan pada tahun 1904. Pensyahadatan
Juan Tarigan dilakukan oleh ulama-ulama Aceh yang sebelumnya terjadi
dialog yang panjang antara Juan Tarigan dengan ulama Aceh tentang agama
Islam. Selain Juan Tarigan, istri dan anak beliaupun masuk Islam saat
itu. Tidak hanya sampai disitu , Juan Tarigan kemudian mengajak
keluarga dan keturunannya mengikuti jejaknya untuk memeluk agama Islam.
Pada tahun 1906, kembali lagi dilaksanakan pensyahadatan beberapa
keluarga Juan Tartigan, termasuk H.Sulaiman Tarigan. Putra beliau H.
Sulaiman Tarigan inilah pada tahun 1946 diangkat oleh pemerintah
sebagai kepala Jawatan Agama pertama di tanah Karo.
Pada tahun
1930-an, perkembangan Islam semakin semarak dengan munculnya
ormas-ormas Islam di Tanah Karo yang memberikan pembinaan agama Islam
untuk wilayah Kabanjahe dan Berasagi . Organisasi Muhammadiyah
diperkirakan sudah ada sejak tahun 1936 dibawa oleh Bapak Sujonono (
Pegawai Kantor Pos Kabanjahe ). Selanjutnya organisasi Al-Washliyah
sudah ada sejak tahun 1939 ( ada yang mengatakan sejak tahun 1930 ) .
Selanjutnya
pada dekade 1980-1990, adalah periode puncaknya kegiatan Islam di
Tanah Karo. Pada era ini kekompakan para tokoh Agama dan pimpinan ormas
sangat tinggi dalam rangka berdakwah memberikan penerangan Islam
kepada masyarakat Islam Karo. Selain itu koordinasi dakwah juga
berjalan dengan baik. Begitu juga perhatian lembaga-lembaga dakwah dari
Medan dan berbagai perguruan tinggi Islam memberikan perhatian yang
serius bagi pengembangan agama Islam di Tanah Karo. (diambil dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment