Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Karo. Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Tanah Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.
Letjend. Djamin Ginting, lahir di Suka sebuah desa di kabupaten Tanah karo,
12 Januari 1921 Ayahnya bernama Lantak Ginting Suka dan ibunya bernama
Tindang Br. Tarigan. Ia anak ke dua dan tujuh orang bersaudara. Tahun
1928 Ia masuk sekolah Ver Volg School di desanya dan kemudian
dilanjutkan ke Schakel School (SD lanjutan) di Kabanjahe. Tahun 1935 Ia
masuk MULO di Medan, disana ia kemudian mulai terlibat dalam organisasi
diantaranya Pertoempoean Karo bersama- sama temannya antara lain Nelang sembiring,
Kontan Bangun. Selamat Ginting, dll. Ketika perang Asia Timur Raya
pecah ia kemudian masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA). Ia kemudian
banyak terlibat dalam Tentara Keamanan Rakyat dan menjabat sebagai
komandan devisi IV di Kabanjahe hingga ke Dairi. Ia menikah dengan Likas
Br Tarigan.
Pada masa perang kemerdekaan dan agresi militer Belanda
pertama dan kedua. ia terlibat intens dalam mempertahankan kedaulatan
RI. Seperti yang dikisahkannya dalam buku Bukit Kadir, ia terlibat
beberapa kali pertempuran dan perundingan dengan pihak Belanda. Salah
satu peristiwa yang memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh
tentara Belanda. banyak temannya seperjuangan yang gugur.
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang.
Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk
mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan
tentara di Sumatera Utara.
Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing
masing. Beliau memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi
rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.
Dikemudian
hari anggota pasukan Djamin Ginting ini akan mucul sebagai
pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel Simbolon
untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan
bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh
situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera
dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain
pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas
seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.
Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.
Dipenghujung masa baktinya, Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949,
ia kemudian aktif sebagai tentara di Kodam I Bukit Barisan sebagai
wakil Panglima. Pada masanya sangat banyak masyarakaty Karo tertolong
dengan bantuannya, dengan memasukkan putra Karo bekerja di perkebunan
Negara.
Kemudian ia diangkat menjadi Panglima Kodam I Bukit Barisan
menggantikan Kolonel Simbolon. Pada saat itu, sedang terjadi pergolakan
PRRI yang dikenal dengan dewan Gajah. Ia membuat strategi untuk menumpas
pemberontakan tersebut, yang kemudian membebas tugaskan perwira yang
terlibat. Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi Kolonel. Tahun 1962 oleh
Mayjend. Ahmad Yani ditarik ke Mabes AD sebagai Asisten II Operasional
dan Latihan AD.
Di tahun yang sama pangkatnya kemudian diangkat
menjadi Brigadir Jenderal. Di posisinya yang baru. ia banyak terlibat
dalam masalah pengambilalihan Irian Barat serta konfrontasi dengan
Malaysia. Tahun 1964 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Mayor Jenderal.
Pada April 1965, ia menjadi Ketua steering commettee seminar pertama TNI
AD, yang kemudian melahirkan konsep dwi fungsi ABRI yang diperkenalkan
oleh A.H Nasution. Pada 30 September 1965 terjadi pemberontakan PKI.
Seorang
putrinya bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai
ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia. Semasa hidupnya, Djamin
Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir"
mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda.
Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo
dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu
sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir. Salah satu peristiwa yang
memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh tentara Belanda. banyak
temannya seperjuangan yang gugur. Kejadian itu kemudian melahirkan lagu
Oh, turang yang sangat popular ketika itu
Tahun-tahun
berikutnya ia aktif di lembaga DHN angkatan 45 dan terpilih sebagai
Ketua II. Sementara sebagal pembina adalah Soeharto dan Ketua Umumnya
adalah Adam Malik. Ia akhirnya terjun ke dunia politik dan kemudian
menjadi salah satu pendiri Sekber Golkar mewakili Gakari (Gabungan Karya
Rakyat Indonesia). Di tahun 1970 ia menamatkan pendidikannya dan
Fisipol Untag dengan gelar dokterandus (Drs). Di tahun 1971 ia terpilih
kembali sebagai Ketua I DHN 45 dan sebagai Ketua Umum-nya adalah
Soeharto. Selama hidupnya Djamin Ginting di kenal sangat mencintai Karo
baik dalam perbuatan dan tindakannya sebagai pejuang dan pejabat Negara.
Karirnya
di militer juga terus menanjak dengan pangkat Letjen tahun 1971. Dan di
tahun ini juga kemudian terpilih menjadi anggota DPR RI Komisi II.
Soeharto yang terpilih menjadi presiden, kemudian mengangkat Djamin
Gmntings menjadi Duta besar
untuk Canada. Namun karirnya menjadi duta besar tidak selesai
dijalaninya karena beliau wafat sebelum masa tugasnya selesai. Ia
meninggal dunia tanggal 23 Oktober 1974 di Montreal Canada dan kemudian
dikebumjkan di TMP Kalibata.
Jabatan yang pernah diduduki, Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan , Assisten Dua Bagian Perang di TNI, Panglima TT I Bukit Barisan., Panglima Sumatera Utara, dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua., Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.
Dikutip : dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment