Friday, June 13, 2014

SEJARAH TIGABINANGA DAN RIWAYAT HIDUP NGADANG SEBAYANG

1.   Tempat/Tahun lahir dan domisili     NGADANG SEBAYANG, lahir di kampung Kuala, pada  tahun 1898. Pada tahun 1910 ia  pindah dari  Kuala ke Tigaberingin     bersama keluarganya: ayah, ibu dan kedua adiknya, untuk bermukim dan menetap disana. Pada waktu itu Tigaberingin ikut dihuni  oleh  pedagang - pedagang dari Kenjulu karena adanya Pasar disana. Pada tahun 1915  Pemerintah kolonial Belanda  menutup Pasar Tigaberingin dan para pedagangnya disuruh pindah ke Tigabinanga.
2.    Pindah ke Tigabinanga          Pada tahun 1916, Ngadang Sebayang  bersama ibu dan dua orang adiknya: Nampati Sebayang dan Rajakami Sebayang, pindah ke Tigabinanga. Ibunya telah menjanda, setelah ayahnya, Telge Sebayang meninggal dunia pada tahun 1913 Ikut pindah ke Tigabinanga, 9 Kepala Keluarga para pedagang dengan 32 orang anggota keluarganya. Mereka menjadi cikal bakal penduduk Tigabinanga.          Para pedagang  pindahan ini   merintis  kegiatan berjualan di  pasar (pekan) di   Tigabinanga   yang lokasinya berada disekitar tangsi polisi  sekarang, yang tidak jauh dari Sungai Lau Bengap dan Namo Ratah. Disekitar tangsi itu terdapat lahan kosong, dimana sebelumnya ditempatkan alat-alat/ logistik pembuatan jalan yang digunakan untuk membuat jalan raya.
 3.     Tigabinanga diresmikan  dan Pemilihan Penghulu          Pada tanggal 21 Pebruari 1921, kampung Tigabinanga diresmikan dan peresmian dilakukan oleh Tuan Controleur van Karoland, Sibayak Sarinembah dan  Rajaurung Perbesi yang datang ke Tigabinanga.Oleh Sibayak Sarinembah penduduk disuruh berkumpul untuk mengadakan pemilihan  Penghulu yang terpisah dari Penghulu Kuala. Dalam pemilihan  yang diadakan, Ngadang Sebayang menjadi calon tunggal dan terus diangkat oleh Sibayak Sarinembah menjadi Pengulu  terhitung mulai tanggal 21 Pebruari 1921, dalam usia muda, masih belum menikah.          Ngadang Sebayang memangku jabatan tersebut   selama 46 tahun lebih  sampai tanggal 31 Desember 1967 secara terus menerus, kecuali pada masa Negara Sumatera Timur (NST) pada waktu mana ia non aktif. Disamping itu, berdasar Ketetapan Tuan  Controleur, ia merangkap jabatan Penghulu Pekan Tigabinanga selama 20 tahun, yaitu sejak tahun 1926 sampai tahun 1946.       Tuan Controleur van Karoland, adalah seorang Belanda setara dengan Bupati Kepala Daerah pada masa sekarang. Wewenang  pemerintahan berada ditangannya.Sesuai dengan perjanjian pendek (korte verkelaring) yang ditandatangani dengan Sibayak-Sibayak, dilaksanakan  pemerintahan  swapraja (selfbestuur) yang meliputi 5 landschap (daerah) dipimpin oleh seorang Sibayak yaitu Sibayak Sarinembah,  Sibayak Lingga,  Sibayak Barusjahe, Sibayak Suka dan Sibayak Kutabuluh. Sibayak Sarinembah, membawahi beberapa Rajaurung yaitu 1. Rajaurung  XVII Kuta (Sarinembah), 2. Perbesi (Sembelang), 3. Juhar (Juhar) dan 4. Kutabangun (Kutabangun).       Rajaurung membawahi beberapa Kampung. Rajaurung Perbesi, misalnya membawahi kampung Kuala/Tigabinanga dan beberapa kampung lain. BAB VII  SILSILAH KELUARGA 1.   Keturunan ke IX dari Raja Lambing      Silsilah Ngadang Sebayang  adalah, sebagai berikut: (1) Ngadang Sebayang  (2). Ayah dari Ngadang Sebayang (Nampati Sebayang dan Raja Kami Sebayang), adalah Telge Sebayang; (3) Ayah dari Telge Sebayang, adalah Nelam Sebayang; (4) Ayah dari Nelam Sebayang adalah Pantek Sebayang; (5).Ayah dari Pantek Sebayang (dan Nungge Sebayang, Cikeppen Sebayang dan Ndamal Sebayang yang dikenal sebagai Nini Siempat), adalah  R.Ngadep Sebayang. (6) Ayah dari R. Ngadep Sebayang (dan Raja Gintar Sebayang dan La Sijurun Sebayang) adalah Nini Empong Rasa Sebayang. (7) Ayah dari Nini Empong Rasa Sebayang  (dan Nini Empong Ngadi Tua Sebayang dan Nini  Empong  Nandang Sebayang)  adalah Sebayang si i  Rumah Derpih; (8) Ayah dari Sebayang si i Rumah Derpih (dan Sebayang  si i Rumah Tersek dan Sebayang si i Rumah Lige)  adalah Sebayang Pertama; (9) Ayah dari Sebayang Pertama (dan 2 Saudara perempuannya) adalah  Raja Lambing. Dengan demikian Ngadang Sebayang adalah Keturunan ke IX dari Raja Lambing. Terlampir  Bagan Silsilah Raja Lambing. 2.   Rumah Derpih Kuala      Ngadang Sebayang lahir di Kampung Kuala, Rumah Gerga dari kesain Rumah Derpih.Menurut riwayatnya, Kampung Kuala didirikan oleh 3 orang bersaudara dari Rumah Derpih, yang  pindah  dari Perbesi. Sedangkan 5 saudara lainnya  tetap tinggal di Kampung Perbesi. Ketiga orang bersaudara tersebut adalah: Nini Empong Nandang, Nini Empong Ngadi Tua dan Nini Empong Rasa. Nini Empong Rasa mempunya 6 orang putera (dari 3 orang istri : Beru Ganjang Tutur, beru Sembiring Meliala dan Beru Karo). Salah seorang puteranya tersebut bernama, Raja Ngadep Sebayang, yang menurunkan Nini Siempat. Di  Tanah Kuala,  terkenal  Nini Siempat  yang memimpin 4 Ripe di Kuala. Ripe adalah pusat kekeluargaan dan tanggung jawab adat dimana setiap penduduk bernaung didalamnya. Menurut penuturan dari berbagai kalangan yang tahu, Nini Siempat  mempunyai kelebihan masing-masing. 1. Pantek Sebayang: Kaya dan Pintar; 2. Nungge Sebayang: Diplomat dan Akhli Adat; 3. Cikeppen Sebayang: Berani dan Perkasa; 4. Ndamal Sebayang: Dukun Besar dan mempunyai “Ilmu”.      Pada dasawarsa terakhir, jumlah Ripe  Rumah Derpih Kuala bertambah menjadi 10 ripe, seiring dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga  dan potensi anggota keluarga masing-masing.  Disamping itu, di Kuala  terdapat kesain  Rumah Julu dari Jambur Merpati yang menjadi Senina dari kesain  Rumah Derpih. 3.   Hubungan dengan Kampung Kidupen          Hubungan dengan Kampung Kidupen sangat erat dan dimulai dari pernikahan dari Pantek Sebayang dengan beru Ginting Tumangger Kidupen  dan  dilanjutkan oleh pernikahan dari Bayak dan Ayah dari Ngadang Sebayang. Ketika ayahnya bernama Telge Sebayang, meninggal dunia pada tahun 1913, jenazahnya  dibawa dari  Tigaberingin  ke kampung Kidupen untuk  dimakamkan, di pemakaman Karang Kuda. Jenazah  Telge Sebayang tidak dibakar (kremasi) yang lazim  dilakukan pada masa itu. Pada tanggal 24 Juli 1959 kerangka atau tulang belulang dari Telge Sebayang dibongkar kembali dan tulang belulangnya diangkat ke Tigabinanga. Tulang belulangnya  masih dalam keadaan utuh walaupun telah  dikebumukan selama 47 tahun lebih. Pada awalnya pihak Kalimbubu “keberatan” atas pemindahan beberenya ini,  namun setelah  dijelaskan alasannya  oleh Penghulu Limang (Pa Rakut Sembiring Berahmana), pihak kalimbubu dapat memahaminya. Pa Rakut Sembiring Berahmana adalah impal kandung dari Telge Sebayang . Alasan  utama pemindahan tulang belulang adalah karena ibunda dari Ngadang Sebayang  sedang sakit-sakitan dan bila waktunya tiba, akan di makamkan secara bersama-sama di Tigabinanga. Pada tanggal 8 Agustus 1968, Ibunda Ngadang Sebayang bernama  Enggelar br Ginting, dipanggil oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Pemakamannya  dilakukan dengan upacara kebesaran adat Karo yaitu dengan membangun sebuah “Lige-lige”  sebuah rumah-rumahan adat Karo. Ia dianggap berhak menerima kehormatan ini, karena dipandang sebagai Ibu Suri dari Kampung Tigabinanga.  Membuat sebuah  “lige-lige” sungguh tidak mudah, karena memerlukan keakhlian tersendiri. Prosesi pemakaman dberlangsung pada tanggal 11 Agustus 1966, dengan cara mengarak  “lige-lige”  yang diatasnya ditempati oleh   jenazah,   anak-anak, permen dan cucu-cucunya. Lige-lige yang telah dilengkapi roda, kemudian ditarik beramai-ramai oleh Sembuyak, Anakberu dan Kalimbubu menuju pemakaman umum dimana telah selesai dibangun sebuah makam permanen berbentuk rumah adat Karo  yang amat kokoh. 4.   Hubungan dengan Kampung Batukarang dan berdirinya Kuala Baru.      Selain  beru Ginting Tumangger, yang melahirkan Nelam Sebayang dan Bunin br Sebayang ( Nande Pulu Limang), Pantek Sebayang  kawin lagi dengan 3 orang Beru Bangun  dari kampung Batukarang. Yang dinikahnyai adalah beru Bangun dari kesain Rumah Kuda-kuda yaitu dari “Sintua” sebagai isteri pertama.Kemudian dinikahinya lagi beru Bangun dari  “Singuda” sebagai  isteri yang ketiga. Isterinya  yang kedua adalah dari Kesain Rumahjahe.  Dari ketiga isterinya beru Bangun tersebut, Pantek Sebayang menurunkan  beberapa orang anak.  Anak laki-lakinya adalah Landas Sebayang, Mbrahsyah Sebayang, Landa Sebayang dan Borong Sebayang dan Gading Sebayang.  Anak perempuan yang diturunkannya   adalah  Lampas br Sebayang (Nande Njalapi/ Trakamalem br Tarigan/H.Suleman Tarigan), Gundalah br Sebayang (Nande Anjan Sinulingga), Terupung br Sebayang (Nande Rajabalik Sinulingga) dan Rudang br Sebayang. Sehingga dengan demikian seluruh anak dari Pantek Sebayang dari keempat isterinya berjumlah 11 orang. Dari keturunannya tersebut diatas, berlangsung pernikahan lanjutan dengan beru Bangun seperti  dari Rimo Kayo, Rumah Rudang/Bolong, Reba Mbelang kecuali dari rumah Mbergang yang menjadi anak beru dari Sebayang karena mengawini beru Sebayang anak dari Gading Sebayang. Tokoh tokoh Bangun yang amat terkenal yang menjadi  kalimbubu Sebayang tersebut diatas antara lain Sigaramata atau Kiras Bangun, seorang Pahlawan Nasional kemudian puteranya Mayor Payong Bangun tokoh Angkatan 45.Tokoh pejuang angkatan 45 lainnya adalah Kapten Kontan Pri Bangun, yang kemudian menjadi industrialis kabel yang sukses dibawah nama perusahaan “Tranka”. Kedudukan Sebayang, bersama dengan merga Gurukinayan dan Purba, adalah sebagai Anak Beru Tua Bangun Batukarang sampai sekarang. Menarik untuk menganalisa bagaimana Kuala Baru terbentuk di Tigabinanga, yang hampir seluruhnya dihuni oleh Sebayang bebere Bangun, terutama oleh keturunan dari Mberahsah Sebayang. Kemudian,terjadinya perkawinan yang mumpuni dengan Tarigan Tigaberingin yang sejatinya adalah menjadi Bebere dari Pantek Sebayang. Terbentuknya Kuala Baru diperkirakan karena terjadi  suatu  repatriasi (pulang kampung)  dari keturunan Pantek Sebayang dan membentuk Kuala yang “baru” di Tigabinanga.     Raja Kami Sebayang dalam bukunya  “Sejarah Sebayang Mergana” terbitan  Medan  bulan Mei 1986 pada halaman 26,  menulis tentang Pantek Sebayang sebagai berikut :   “BAGAIMANA PULA HALNYA MAKA PERANGIN-ANGIN SEBAYANG KAWIN-MAWIN DENGAN  PERANGIN-ANGIN BANGUN”
Kira-kira 150 tahun yang lalu terjadilah perang saudara di Kampung Munte Kabupaten Karo.Sepihak dari yang berperang itu dibantu oleh Perangin-angin Bangun dari Batukarang, dan yang sepihak dibantu oleh Perangin-angin Sebayang dari Kampung Kuala. Pihak yang dibantu marga Sebayang kalah dan salah seorang dari marga Sebayang jadi tawanan marga Perangin-angin Bangun dan dibawa ke kampung Batukarang. Namanya Pantek Sebayang. Sibayak Lingga dari Bintang Meriah, anak beru dari Sebayang Mergana, datang ke Batukarang menuntut kepada Penghulu Batukarang agar Kalimbubunya Sebayang mergana yang ditawan itu dibebaskan. Karo-Karo Sinulingga adalah Kalimbubu dari Perangin-angin Bangun sehingga Perangin-angin Bangun tidak dapat menolak tuntutan/permintaan Kalimbubunya itu. Maklumlah dalam adat istiadat suku Batak Karo, pihak Kalimbubu itu lebih tinggi dari kedudukuan Anak Beru, dan Anak Beru   umumnya hormat kepada Kalimbubu. Maka dalam satu musyawarah keluarga yang terdiri dari Sembuyak, Anak Beru dan Kalimbubu, permintaan Karo mergana dari Bintang Meriah itu dibicarakan. Perangin angin Bangun, Penghulu Batukarang  mengusulkan, agar Perangi-angin Sebayang yang akan dibebaskan itu dikawinkan dengan puteri Perangin angin Bangun. Hadirin bertanya bagaimana mungkin Perangin-angin Sebayang dikawinkan dengan beru Perangin-angin Bangun. Perangin-angin Bangun menjawab : ‘MBENTAR MANUK KUTA BULUH, MBULAN MANUK BATUKARANG, KAI KIN NGE LAINNA?’ Artinya ‘Putih ayam Kutabuluh’, keputih-putihan ayam Batukarang apalah lainnya’. Maknanya Perangin-angin Sebayang telah mengawini beru Perangin-angin Kuta Buluh, apa pula bedannya dengan Perangin-angin Bangun. Maka bulatlah mupakat untuk mengawinkan Perangin-angin Sebayang dengan puteri Perangin angin Bangun. Pantek Sebayang itulah yang mula-mula kawin dengan Perangin-angin Bangun. Tiga puteri Perangin-angin Bangun jadi isteri Pantek Sebayang, seorang lagi isterinya beru Ginting Tumangger dari Kidupen. Perkawinan ini perkawinan politik.Anak-anak dan cucu-cucu Pantek Sebayang mengawini beru Peranginangin Bangun, bahkan anak-anak dan cucu dari cucu Pantek Sebayang mengawini beru Bangun. Sekarang telah 5 generasi. Akhirnya Perangin-angin Bangun sendiri mengawini beru Sebayang.Demikianlah sampai hari ini Perangin-angin Sebayang kawin mawin dengan Perangin-angin Bangun.” Diposkan oleh Kenchana Sebayang di 01.36

2 comments:

  1. Ini dari buku yah? Apa nama buku itu dan saya bisa dapat di mana bukunya? Saya ingin menjadikan buku tersebut sebagai rujukan. Terimakasih

    ReplyDelete